Monday, February 25, 2013

Asuhan Keperawatan Hernia Nukleus Pulposus

ASKEP HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
Pengertian
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)
Patofisiologi
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma *jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.

Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior.
Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.

Manifestasi Klinis
Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).
Pemeriksaan Diagnostik
1. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang
2. MRI : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal.
3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada MRI
4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena.
Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik.
Macam :

  • Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral
  • Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks
  • Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
  • Disektomi dengan peleburan.
2. Immobilisasi
Immobilisasi dengan mengeluarkan kolor servikal, traksi, atau brace.
3. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban.
4. Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.

Pengkajian
1. Anamnesa
Keluhan utama, riwayat perawatan sekarang, Riwayat kesehatan dahulu, Riwayat kesehatan keluarga
2. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian terhadap masalah pasien terdiri dari awitan, lokasi dan penyebaran nyeri, parestesia, keterbatasan gerak dan keterbatasan fungsi leher, bahu dan ekstremitas atas. Pengkajian pada daerah spinal servikal meliputi palpasi yang bertujuan untuk mengkaji tonus otot dan kekakuannya.
3. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus
3. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual
4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan tindakan pengobatan.
Intervensi
1. Nyeri b.d kompresi saraf, spasme otot

  • Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang memperberat. Tetapkan skala 0 – 10
  • Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang
  • Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi
  • Bantu pemasangan brace / korset
  • Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
  • Ajarkan teknik relaksasi
  • Kolaborasi : analgetik, traksi, fisioterapi
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus
  • Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
  • Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
  • Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah rehap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu.
  • Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi
  • Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat.
  • Kolaborasi : analgetik
3. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual
  • Kaji tingkat ansietas pasien
  • Berikan informasi yang akurat
  • Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah seperti kemungkinan paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan peran dan tanggung jawab.
  • Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya.
  • Libatkan keluarga
4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis
  • Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis dan pembatasan kegiatan
  • Berikan informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat dan menggunakan sepatu penyokong
  • Diskusikan mengenai pengobatan dan efek sampingnya.
  • Anjurkan untuk menggunakan papan / matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup.
  • Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama
  • Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu diperhatikan seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi / kemampuan untuk berjalan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC, 2002
2. Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000.
3. Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 1998.
4. Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996.
5. Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 1996.
6. Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 1993


Monday, February 18, 2013

Asuhan Keperawatan Hernia

ASKEP HERNIA
Tinjauan Medis
A. Definisi
  • Hernia adalah suatu benjolan/penonjolan isi perut dari rongga normal melalui lubang kongenital atau didapat(1).
  • Hernia adalah penonjolan usus melalui lubang abdomen atau lemahnya area dinding abdomen (3).
  • Hernia Is the abnormal protrusion of an organ, tissue, of part of an organ through the structure that normally cotains it (1).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan dari isi perut dalam rongga normal melalui lubang yang kongenital ataupun didapat.

B. Etiologi
Hernia dapat terjadi karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi (2).




C. Klasifikasi

  1. Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.
  2. Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
  3. Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya). Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).
  4. Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.
  5. Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata, hernia strangulata.
  6. Nama penemunya :Hernia Petit (di daerah lumbosakral) ;Hernia Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral;Hernia Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
  7. Beberapa hernia lainnya :

Hernia Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika inferior;
Hernia Skrotalis
adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap;

Hernia Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.
D. Tanda dan Gejala
Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.benjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.
E. Pathways
Untuk Melihat Pathway Keperawatan klik di Pathway Hernia

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diameter anulus inguinalis
G. Penatalaksanaan (2)
  • Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi.
  • Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
  • Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”.

I. DAFTAR PUSTAKA
  1. Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmann’s.
  2. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
  3. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
  4. Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.
  5. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.

Wednesday, February 13, 2013

Ikterus Neonatorum ( Hyperbilirubinemia Neonatorum)

Ilustrasi (Google)
PENGERTIAN:
Ikterus Neonatorum Adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa oleh karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Pada hyperbilirubinemia neonatorum yang diperhitungkan terutama adalah bilirubin indirek (I).
1. Harga normal : Bilirubin dalam darah ----- :
  • Direk ( D ) < 1,0 mg % 
  • Indirek ( I ) < 2 mg % 
2. Harga patologis : Bilirubin dalam darah -- :
  • I : bayi aterm > 12 mg %
  • I : bayi prematur > 10 mg %
  • Atau peningkatan kadar 0,2 mg/jam atau 4 mg/hari.

PATOFISIOLOGI :

  • Pemecahan eritrosit yang berlebihan.
  • Gangguan clearance ( transport ) metabolisme, gangguan konjugasi
  • Gangguan ekskresi bersama air.

GEJALA KLINIK :
Ikterus Fisiologis :

  • Tampak pada hari ke III – IV
  • Bayi tampak sehat ( normal )
  • Kadar < 12 mg % .
  •  Menghilang paling lambat 10 – 14 hari
  •  Tidak ada faktor resiko
    • Sebab : proses fisiologis ( berlangsung dalam kondisi fisiologis ).

    Ikterus Patologis :

    • Timbul pada umur < 36 jam
    • Cepat berkembang
    • Bisa disertai anemia
    • Menghilang lebih lama > 2 minggu
    • Ada faktor resiko
    • Dasar : proses patologis.

    ETIOLOGI / faktor resiko :
    A. Haemolisis/ Produksi meningkat :
    • Golongan darah ibu – bayi tidak serasi ( Rh, ABO )
    • Haematoma, memar
    • Spherositosis kongenital.
    • Enzim G6 PD rendah

    B. Gangguan transport :
    • Albumin rendah ( prematur, kurang gizi )
    • Ikatan kompetitif dengan albumin ( obat-obat atau bahan lain )
    • Kemampuan mengikat albumin rendah ( asidosis ).
    C. Gangguan konjugasi :
    • Enzym glukoronil transferase belum adekuat ( prematur, kongenital ).
    D. Gangguan ekskresi :
    • Obstruksi saluran empedu ( cholestasis )
    • Obstruksi usus ( sirkulasi enterohepatik meningkat ).

    PENATALAKSANAAN :
    Prinsip :
    A. Menghilangkan penyebab
    B. Pencegahan peningkatan kadar bilirubin.
    Cara :
    1. Meningkatkan kerja enzym : Phenobarbital 1 – 2 mg/ kg BB/ dosis 2 – 3 kali/ hari ( 3 hari ).
    2. Merubah bilirubin tidak larut dalam air menjadi larut :
    Fototerapi--> isomunisasi --> diharapkan ekskresi bertambah.
    3. Bilirubin darah dibuang : tranfusi tukar.

    Pedoman Pemilihan terapi :


    EFEK SAMPING PENGOBATAN :
    1. Phenobarbital :
    • Banyak tidur.
    2. Foto terapi :
    a. Segera :
    • Suhu tubuh hipotermia/ hipertermia
    • Kulit terbakar
    • Insensible water loss meningkat
    • Evakuasi usus lebih cepat, diare
    • Gelisah.
    b. Lama :
    • Perubahan DNA.

    3. Tranfusi tukar :
    • Infeksi
    • Jantung
    • Sirkulasi hipervolemia/ hipovolemia
    • Elektrolit hipocalcemia
    • Metabolik.

    MONITOR :
    • Tanda vital
    • Gejala saraf pusat
    • Hb atau PCV
    • Serum bilirubin
    • Status hidrasi ( turgor kulit )
    • Efek samping pengobatan.

    KOMPLIKASI :
    A. SSP ( encephalopathy / Kern Ikterus )
    Derajat I :
    • Lethargi
    • Malas minum
    • Hipotoni
    Derajat II :
    • Respon meningkat ( iritable )
    • Tonus meningkat
    • Kejang
    • Hipertermia
    • Bayi bisa meninggal
    Derajat III :
    • Bila tertolong bayi tampak normal/ asymptomatik
    Derajat IV :
    • Opistotonus
    • Jangka lama terjadi gejala berupa gangguan motorik, pendengaran ( cerebral palsy ).
    B. Saluran cerna :
    • Diare akibat hiperosmolar dalam usus.

    PROGNOSA :
    • Tanpa komplikasi, prognosa baik.
    • Dengan komplikasi, co ad vitam cukup baik, co ad sanationum kurang baik

    Share

    Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More