Thursday, July 12, 2012

ASKEP PADA RENAL CALCULI

DEFINISI RENAL CALCULI
Renal calculi adalah pengkristalan dari mineral-mineral yang mengelilingi suatu zat organic seperti nanah, darah, atau sel-sel yang sudah mati. Kebanyakan dari renal calculi terdiri dari garam-garam calcium (oxalate dan posphat), atau magnesium-ammonium phospat dan uric acid. (diktat Sr.Mary Baradero,Renal Sistem)


Batu ginjal adalah benda-benda padat yang terjadi di dalam ginjal yang terbentuk melalui proses fisikokimiawi dari zat-zat yang terkandung di dalam air kemih. Batu ginjal terbentuk secara endogen yaitu dari unsur-unsur terkecil, mikrolith-mikrolith dan dapat tumbuh menjadi besar. Massa yang mula-mula lunak, misalnya jendalan darah, juga dapat mengalami pembatuan ( kalsifikasi ). (Price & Wilson, 1995 : 797)
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces dari ginjal. Pembentukan batu ginjal dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran kencing, tetapi biasanya terbentuk pada dua bagian terbanyak pada ginjal, yaitu di pasu ginjal (renal pelvis) dan calix renalis. Batu dapat terbentuk dari kalsium, fosfat, atau kombinasi asam urat yang biasanya larut di dalam urine. (Hadipratomo Y, 2008)
Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). (http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal")
ETIOLOGI
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih. Tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar. Beberapa teori pembentukan batu adalah :
1.        Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated) akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.
2.        Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.
3.        Penghambatan kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain : magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih.(Basuki, 2000 hal. 63).
Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu pada ginjal. Faktor-faktor itu adalah:
1. Faktor intrinsik
Yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang. Faktor intrinsik dan faktor idiopatik umumnya sukar untuk dikoreksi, sehingga mempunyai kecenderungan untuk kambuh. 
Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
1.        Hereditair dan Ras
Diduga diturunkan dari orang tuanya dan ternyata anggota keluarga lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menderita penyakit yang sama dari pada orang lain. Misalnya faktor genetik familial pada hipersistinuria, hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer.
2.        Umur.
Paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun.
3.        Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan dan pada pria lebih banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita lebih sering ditemukan batu ginjal atau batu piala ginjal.
2. Faktor ekstrinsik
Yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor ekstrinsik, bila penyebabnya diketahui dapat diambil langkah-langkah untuk mengubah faktor lingkungan atau kebiasaaan sehari-hari sehingga terjadinya rekurensi dapat dicegah . Beberapa faktor ekstrinsik, diantaranya adalah :
1.        Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu yang lebih tinggi daripada daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
2.    Iklim dan temperatur
Tempat yang bersuhu panas, misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan banyak mengeluarkan keringat yang akan mengurangi produksi urine dan mempermudah pembentukan batu. Sedangkan pada daerah yang dingin, akan menyebabkan kurangnya asupan air pada masyarakatnya.
3.    Asupan air
Kurangnya asupan air menyebabkan kadar semua substansi dalam urine akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikomsumsi dapat meningkatkan insidensi batu.
4.    Diet
            Diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terbentuknya batu. Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani, angka morbiditas batu berkurang sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi rendah lebih sering morbiditas meningkat. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu buli-buli dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal atau batu piala ginjal.
5.    Pekerjaan
            Penyakit nefrolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.
6.    Infeksi
            Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum ( urea splitting organism ) dan membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
7.        Obstruksi dan stasis urin
            Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan hiperplasi prostat, akan menyebabkan stasis urine sedangkan urine sendiri adalah substansi yang banyak mengandung kuman sehingga mempermudah terjadinya infeksi dan pembentukan batu. (Basuki Purnomo, 2003 : 57)
       Sumber lain juga mengatakan bahwa terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit. Batu struvit nesium, amonium dan fosfat) juga disebut "batu infeksi" karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut "kalkulus staghorn". Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.
            Faktor-faktor lain yang dikaitkan dengan pembentukan batu adalah sebagai berikut :
·  Pemakan Antasid dalam jangka panjang
·  Terlalu banyak vitamin D,
·  Terlalu banyak calsium carbonate
(Diktat Sr.Mary Baradero,Renal System)
PATOFISIOLOGI
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.
Kecepatan tumbuhnya batu tergantung kepada lokasi batu, misalnya batu pada buli-buli lebih cepat tumbuhnya dibanding dengan batu pada ginjal. Selain itu juga tergantung dari reaksi air seni, yaitu batu asam akan cepat tumbuhnya dalam urine dengan pH yang rendah. Komposisi urin juga akan mempermudah pertumbuhan batu, karena terdapat zat-zat penyusun air seni yang relatif tidak dapat larut. Hal lain yang akan mempercepat pertumbuhan batu adalah karena adanya infeksi. Batu ginjal dalam jumlah tertentu tumbuh melekat pada puncak papil dan tetap tinggal dalam kaliks, yang sampai ke pyelum yang kemudian dapat berpindah ke areal distal, tetap tinggal atau menetap di tempat dimana saja dan berkembang menjadi batu yang besar.(Dafid Arifiyanto, 2008)
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal, kemudian berada di kaliks ginjal, pielum, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehinggga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal ( penyempitan infundibulum dan stenosis uteropelvik ) akan mempermudah timbulnya batu ginjal. (M. Ismadi, 1976)

A. Teori Proses Pembentukan Batu
Garam-garam kalsium dapat diendapkan dalam bentuk batu atau kalkuli di dalam sistem saluran dari berbagai organ. Kalkuli dibentuk dari berbagai zat, yang tersedia secara lokal, yaitu bahan-bahan dari sekresi organ tertentu. Jadi, walaupun kalkuli-kalkuli itu sering mengandung kalsium, tetapi pada awalnya, banyak dari kalkuli-kalkuli tersebut yang tidak mengandung kalsium. Beberapa kalkuli terbentuk sebagai akibat dari hancurnya debris nekrotik dalam saluran, sedangkan lainnya terbentuk dari ketidakseimbangan unsur-unsur sekresi tertentu sedemikian rupa sehingga terjadi pengendapan dari unsur yang biasanya larut. (Sabiston, 1997, hal : 472 – 473)
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan tetap terlarut ( metastable ) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat saluran kemih. Untuk itu, agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih, membentuk retensi kristal, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. (Sabiston, 1997, hal : 472 – 473)
Kondisi tetap terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Kemih yang terus menerus bersifat asam dapat terjadi pada asidosis metabolik dan pada keadaan pireksia, sedangkan kemih yang terus menerus bersifat basa menyatakan adanya infeksi pada saluran kemih, keadaan asidosis tubulus ginjal, kekurangan kalium dan pada sindrom Fanconi. (Sabiston, 1997, hal : 472 – 473)

Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih, ditentukan juga oleh adanya keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu mencegah timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu di saluran kemih, yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses pembentukan inti batu atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal. Ion magnesium dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan oksalat, akan membentuk garam magnesium oksalat, sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium untuk membentuk batu kalsium oksalat menurun. Demikian pula dengan sitrat, jika berikatan dengan ion kalsium, akan membentuk garam kalsium sitrat, sehingga jumlah kalsium yang akan berikatan dengan oksalat maupun fosfat berkurang.
Hal ini menyebabkan kristal kalsium oksalat atau kalsium fosfat jumlahnya berkurang. Beberapa protein atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan cara menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal, maupun menghambat retensi kristal. Senyawa itu antara lain adalah glikosaminoglikan, protein Tamm Horsfall atau uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat-zat yang berfungsi sebagai inhibitor batu merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih. (M. Ismadi, 1976)
B. Komposisi Batu
1. Batu Kalsium
Batu jenis ini, paling banyak dijumpai, yaitu sekitar 70-80% dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini, terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur itu. Batu kalsium oksalat biasanya terbentuk pada suasana urine asam. Batu kalsium bentuknya bergerigi sehingga jarang keluar spontan. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:
a. Hiperkalsiuri
      Yaitu kadar kalsium dalam urine > 250-300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuria, antara lain :
·       Hiperkalsiuria absorbtif : keadaan hiperkalsiuria absorbtif terjadi karena adanya peningkatan absorbsi kalsium melalui usus.
·       Hiperkalsiuri renal : keadaan hiperkalsiuria renal dapat terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal.
·       Hiperkalsiuria resorptif : keadaan hiperkalsiuria resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium tulang. Banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid.
b. Hiperoksaluri
            Adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram / hari. Keadaan hiperoksaluria banyak dijumpai pada pasien dengan gangguan pada usus setelah menjalani pembedahan usus dan pada pasien yang banyak mengkomsumsi makanan kaya akan oksalat seperti teh, kopi instant, soft drink, kokoa, arbei, jeruk, sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam.
c. Hiperurikosuria
            Adalah kadar asam urat di dalam urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat yang berlebihan dalam urine, bertindak sebagai inti batu / nidus untuk terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urine berasal dari makanan mengandung banyak purin seperti daging, ikan, unggas maupun berasal dari metabolisme endogen.
d. Hipositraturia
Dapat terjadi pada asidosis tubulus ginjal, sindrom malabsorbsi, atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama
e. Hipomagnesiuria
            Penyebab tersering hipomagnesiuria adalah penyakit inflamasi usus (inflammatory bowel disease) yang diikuti gangguan malabsorbsi.(M. Ismadi, 1976)
2. Batu struvit
            Disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu struvit disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi adalah kuman golongan pemecah urea yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat dan karbonat apatit. Karena terdiri atas 3 kation, dikenal sebagai batu triple phosphate. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan Stafilokokus (M. Ismadi, 1976)
3. Batu Asam Urat
Merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Sebagian besar terdiri atas batu asam urat murni, sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien penyakit gout, mieloproliferatif, pasien dengan terapi antikanker, dan banyak menggunakan obet urikosurik, antara lain sulfinpirazole, thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein berpeluang besar mendapat penyakit ini. Batu asam urat berbentuk bulat dan halus sehingga seringkali keluar spontan. (M. Ismadi, 1976)
Sumber asam urat berasal dari diet mengandung purin dan metabolisme endogen di dalam tubuh. Purin di dalam tubuh didegradasi oleh asam inosinat, dirubah menjadi hipoxanthin,. Dengan bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah menjadi xanthin yang akhirnya dirubah menjadi asam urat. Pada manusia, karena tidak memiliki enzim urikase, maka asam urat diekskresikan ke dalam urine dalam bentuk asam urat bebas dan garam urat. Garam urat lebih sering berikatan dengan natrium membentuk natrium urat, yang lebih mudah larut di dalam air dibandingkan asam urat bebas.
              Beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah:
·       Urine yang terlalu asam ( pH urine <>
·       Volume urine yang jumlahnya sedikit ( <>
·       Hiperurikosuria atau kadar asam urat yang tinggi  (M. Ismadi, 1976)
Komposisi batu yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam urat, oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik; di antaranya berkaitan dengan sindrom alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah (R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027).
PENATALAKSANAAN MEDIK
Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk :
·  menghilangkan obstruksi,
·  mengobati infeksi,
·  menghilangkan rasa nyeri,
·  mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi. (Palmer,1995)
Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
·  Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu
·  Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal
·  Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri
Analisis batu
·         Mencari latar belakang terjadinya batu
·         Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi  (Purnomo, 2003)

Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah:
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat simtomatis, yaitu bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan memberikan diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar
2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )
Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.
3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu, tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
 Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal adalah :
a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )
Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Uretero atau Uretero-renoskopi
Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureterorenoskopi.
4. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun (Ismadi M, 1976)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·       Laboratorium :
1. Urin
o   pH urin.
o   Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH yang rendah (pH<7).
o   Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi (pH> 7).
o   Sedimen.
o   Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat.
o   Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat.
o   Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran kemih.
2. Darah
o   Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi anemia.
o   Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan leukositosis.
o   Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal.
o   Kalsium, dan asam urat. 
·       Radiologik :
1. Foto Polos Abdomen
            Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih. Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai, sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen. (M. Ismadi, 1976)
2. Pielografi Intra Vena
Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu juga dapat mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika pielografi intra vena ( selanjutnya disebut dengan PIV ) belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde. (M. Ismadi, 1976)
3. Ultrasonografi
Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli ( yang ditunjukkan sebagai echoic shadow ), hidronefrosis, pionefrosis, atau adanya pengkerutan ginjal.(M. Ismadi, 1976)
KOMPLIKASI
            Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan :
1.    Infeksi
2.    Obstruksi Ginjal
3.    Perdarahan
4.    Hidronefrosis
            Yang pada akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya yang jauh lebih parah.  (Dafid Arifiyanto, 2008)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal.
3. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.
4. Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.
1. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang
Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap adanya batu pada ginjal
Data Penunjang :
- Kolik yang berlebihan
- Lemes, mual, muntah, keringat dingin
- Pasien gelisah

TUJUAN/KRITERIA
Tujuan :
Rasa sakit dapat diatasi/hilang
Kriteria :
- Kolik berkurang/hilang
- Pasien tidak mengeluh nyeri
- Dapat beristirahat dengan tenang
RENCANA TINDAKAN
- Kaji intensitas, lokasi dan tempat/area serta penjalaran dari nyeri.
- Observasi adanya abdominal pain
- Kaji adanya keringat dingin, tidak dapat istirahat dan ekspresi wajah.
- Jelaskan kepada pasien penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang tersebut.
- Anjurkan pasien banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada kontra indikasi.
- Berikan posisi dan lingkungan yang tenang dan nyaman.
- Ajarkan teknik relaksasi, teknik distorsi serta guide imagine
- Kolaborasi dengan tim dokter :
· Pemberian Cairan Intra Vena
· Pemberian obat-obatan Analgetic, Narkotic atau Anti Spasmodic.
- Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat-obat Narkotic, Analgetic dan Anti Spasmodic.
RASIONAL
- Peningkatan nyeri adalah indikatif dari obstruksi, sedangkan nyeri yang hilang tiba-tiba menunjukkan batu bergerak. Nyeri dapat menyebabkan shock.
- Kemungkinan adanya penyakit/komplikasi lain.
- Kemungkinan salah satu tanda shock
- Memberikan informasi tentang penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang tersebut.
- Cairan membantu membesihkan ginjal dandapat mengeluarkan batu kecil.
- Untuk mengurangi sumber stressor
- Untuk mengurangi/menghilang kan nyeri tanpa obat-obatan
· Untuk memudahkan pemberian obat serta pemenuhan cairan bila mual, muntah dan keringat dingin terjadi.
· Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri/kolik yang berlebihan
- Untuk mengetahui efek samping yang tidak diharapkan dari pemberian obat-obatan tersebut.

2. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal.
Data Penunjang :
Urine out put <>
Daerah perifer dingin pucat
TD <>
HR > 120 X/mt,
RR > 28 X/mt.
Pengisian kapiler > 3 detik

TUJUAN/KRITERIA
Tujuan :
Gangguan perfusi dapat diatasi
Kriteria :
- Produksi urine 30 – 50 cc perjam.
- Perifer hangat
- Tanda-tanda vital dalam batas normal :
· Sistolik 100 – 140 mmHg.
· Diastolik 70 – 90 mmHg.
· Nadi 60 – 100 X/mt
· Pernafasan 16 – 24 X/mt
- Pengisian kapiler <>

RENCANA TINDAKAN
- Observasi tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah dan pernafasan).
- Observasi Produksi urine setiap jam.
- Observasi perubahan tingkat kesadaran.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan:
· Pemeriksaan laboratorium : kadar ureum/kreatinin, Hb, urine HCT.
· Pemberian diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat
· Pemberian ammonium chloride dan mandelamine.
RASIONAL
- sebagai indokator/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi. Catatan : peningkatan TD dalam upaya untuk meningkatkan aliran darah ginjal.
- memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contohnya infeksi dan perdarahan.
- akumilasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.

3. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang
Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.
Data Penunjang :
- Ekspresi wajah tegang, gelisah, tidak bisa tidur.
- Tidak kooperatif dalam pengobatan.
- HR = 125 X/mt

TUJUAN/KRITERIA
Tujuan :
Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.
Kriteria :
- Pasien dapat nenyatakan kecemasan yang dirasakan.
- Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
- Nadi dalam batas normal.
- Ekspresi wajah ceria/rileks.

RENCANA TINDAKAN
- Berikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.
- Berikan privacy dan lingkungan yang nyaman.
- Batasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani pasien.
- Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.
- Temani pasien bila gejala-gejala kecemasan timbul.
- Berikan kesempatan bagi pasien untuk mengekspresikan perasaannya .
- Hindari konfrontasi dengan pasien.
- Berikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan pasien.
- Lakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik.
- Anjurkan pasien istirahat sesuai dengan yang diprogramkan.
- Berikan dorongan pada pasien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.
- Hargai setiap pendapat dan keputusan pasien.

RASIONAL
- Untuk mengurangi rasa cemas
- privacy dan lingkungan yang nyaman dapat mengurangi rasa cemas.
- Untuk dapat lebih memberikan ketenangan.
- Untuk mendeteksi dini terhadap masalah
- Untuk mengurangi rasa cemas
- Kemampuan pemecahan masalah pasien meningkat bila lingkungan nyaman dan mendukung diberikan.
- Untuk mengurangi ketegangan pasien
- Informasi yang diberikan dapat membantu mengurangi kecemasan/ansietas
- Untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan
- Untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan pasien
- Untuk mengurangi ketergantungan pasien
- Untuk meningkatkan harga diri pasien.

4. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang
Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.
Data Penunjang :
- Pasien menyatakan belum memahami tentang penyakitnya.
- Pasien bertanya-tanya tentang proses penyakit dan pengobatan.
- Pasien kurang kooperatif dalam program pengobatan

TUJUAN/KRITERIA
Tujuan :
Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkat
Kriteria :
- Pasien dapat menjelaskan kembali tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik.
- Pasien tidak bertanya lagi tentang keadaan penyakit dan program pengobatannya.
- Pasien kooperatif dalam program pengobatan.

RENCANA TINDAKAN
- Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatannya.
- Berikan penjelasan tentang penyakit, tujuan pengobatan dan program pengobatan.
- Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami.
- Diskusikan pentingnya banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada kontra indikasi.
- Diskusikan tentang pentingnya diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat.
- Batasi aktifitas fisik yang berat.

RASIONAL
- Pengetahuan membantu mengembangkan kepatuhan pasien dan keluarga terhadap rencana terapeutik
- Untuk menambah pengetahuan pasien
- Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalah
- Untuk menambah pengetahuan pasien bahwa cairan dapat membantu pembersihan ginjal dan dapat mengeluargan batu kecil
- Untuk menambah pengetahuan pasien dan mencegah kekambuhan
- Untuk mencegah kekambuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. 1995. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). Jakarta : EGC.
Doenges, et al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). Jakarta : EGC
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I (terjemahan). Jakarta : EGC.
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Bandung:Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.
Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: FKUI.
Ashadi T. 1998. Manfaat Diagnosa Radiografi pada Batu Saluran Kemih, 24 (8), hal ; 544 – 9, Jakarta : Medika
Palmer P.E.S. 1995. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC
Sabiston C. D. Jr, MD. 1997. Batu Ginjal dan Ureter dalam Buku Ajar Bedah 2, hal ; 472 – 3. Jakarta : EGC
Batu Ginjal, www.wikipedia.com, 2009



0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More