Wednesday, May 22, 2013

ASKEP PASIEN DENGAN HYDROCEPHALUS


ASKEP PASIEN DENGAN HYDROCEPHALUS ( Materi Dasar Keperawatan )
A. PENGERTIAN 
  • Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989)
  • Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala. Biasanya di dalam sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga menimbulkan peningkatan volume intravertikel (Setyanegara, 1998)
  • Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah, 1997)
  • Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem ventrikular akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan cerebrospinal (CSF: Cerebrospinal Fluid).(Ricard & Victor, 1992)
  • Jadi Hidrocefalus merupakan suatu keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan cerebrospinal.

TIPE HIDROCEFALUS
Menurut Ngatiyah (1997) Hidrocefalus pada bayi dapat dibagi menjadi dua yaitu

  1. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan
  2. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak dan pengobatannya tidak tuntas.
Menurut Ngastiyah (1997) Hidrocefalus dapat dibagi dua yaitu:
  1. Hidrocefalus obstruksi ---> Tekanan CSS yang tinggi disebabkan oleh obstruksi pada salah satu tempat antara pembentukan oleh plexus koroidalis dan keluranya dari ventrikel IV melalui foramen lusckha dan magendie.
  2. Hidrocefalus komunikans--->Bila tekanan CSS yang meninggi tanpa penyumbatan sistem ventrikel.

B. ETIOLOGI
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah:
a. Kelainan bawaan

  1. Stenosis Aquaductus sylvii --> merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
  2. Spina bifida dan cranium bifida --> Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
  3. Sindrom Dandy-Walker ---> Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
  4. Kista Arachnoid ---> Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
  5. Anomali pembuluh darah
c. Infeksi
d. Perdarahan
e. Neoplasma


C. PATOFISIOLOGI
Hidrocefalus menurut Avril B. Kligmen (1999) terjadi sebagi akibat dari 3 mekanisme yaitu: produksi liguor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran liguor dan peningkatan tekanan sinus venosa sebagai, konskwensi dari tiga mekanisme ini adalah peningkatan TIK sebagai upayamempertahankan keseimbangan sekresi dan observasi berbeda-beda setiap saat selama perkembangan Hidrocefalus. Dialatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
Kompresi sistem serebrovaskular
Redistribusi dari liquor serebrospinalis atau cairan ekstra selular atau keduanya di dalam sistem susunan saraf pusat.
Perubahan mekanis dari otak
Efek tekanan denyut liquor cerebrospinalis
Hilangnya jaringan otak
Pembesaran volume tengkorak akibat adanya regangan abnormal pada sutura kranial.

PATHWAY Keperawatan Hidrocefalus

Anda tinggal mendownload Pathway Klik Di link di bawah ini .
Download Pathway Hidrocephalus


D. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998)

  1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
  2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
  3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
  4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
  5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
  6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas)
  7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita
  8. Sklera mata tampak di atas iris
  9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
  10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital

KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian

Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu

E. PENATALAKSANAAN
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:

  1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
  2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid
  3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni: * Drainase ventrikule-peritoneal (Holter, 1992; Scott, 1995;Anthony JR, 1972)
    * Drainase Lombo-Peritoneal
    * Drainase ventrikulo-Pleural (Rasohoff, 1954)
    * Drainase ventrikule-Uretrostomi (Maston, 1951)
    * Drainase ke dalam anterium mastoid
    * Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
  4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
  5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. VRIES (1978) mengembangkan fiberoptik yang dilengkapi perawatan bedah mikro dengan sinar laser sehingga pembedahan dapat dipantau melalui televisi.

    ASUHAN KEPERAWATAN HIDROCEFALUS
    Untuk selengkapnya tentang asuhan keperawatan Hidrocefalus anda tinggal download di link yang telah saya sediakan di bawah ini
    Download Askep Hidrocepalus
    via Ziddu

    DAFTAR PUSTAKA
    Carpenito, Lynda Juall. (1997). Diagnosa Keperawatan : buku saku. edisi 6. Jakarata : EGC
    Ganong. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi: 17. Jakarta: EGC
    Johnson, marion, dkk. (2000). Nursing Outcomes Clasification (NOC). Missouri: Mosby
    Mc. Clostrey, Deane C, & Bulechek Glorid M. (1996). Nursing Intervention Clasification (NIC). Missouri: Mosby
    Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan 2005-2006. Alih bahasa dan editor: Budi Santosa. Jakarta: Prima Medika
    Price. (1995). Patofisiologi: Proses-proses Penyakit Edisi: 4, Editor peter Anugrah Buku II. Jakarta: EGC
    Wilkinson, M, Judith; (1997) . Buku saku diagnosis keperawatan dengan NIC dan NOC . Edisi 7 . Jakarta : EGC.
Download Askep Hidrocepalus

Hubungan Hipertensi dengan Kebutuhan Dasar Manusia

Materi Dasar Keperawatan :Kebutuhan dasar manusia merupakan elemen yang penting bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kesehatannya. Kebutuhan tersebut secara terus menerus berusaha dipenuhi oleh manusia. Ada dorongan-dorongan kebutuhan dalam tubuhnya untuk tetap bertahan hidup. Dorongan tersebut yaitu berupa kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya. Kondisi fisik manusia secara integral berkaitan dengan kondisi psikologis dan rohaninya. Manusia adalah satu kesatuan. Apa yang terjadi dengan kondisi fisik manusia akan mempengaruhi pula kondisi psikologis dan rohaninya. Penyakit fisik yang dialami seseorang tidak hanya menyerang manusia secara fisik saja tetapi juga dapat membawa masalah-masalah bagi kondisi psikologisnya dan rohaninya, demikian pula sebaliknya. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia akan terhambat jika seseorang menderita suatu penyakit atau injuri misalnya hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif dan kronik dan memberikan dampak secara holistik baik fisik, psikologis, sosial, ekonomi dan spiritual sehingga akan menyebabkan dalam memenuhi kebutuhan hidup dasarnya mengalami gangguan. Penderita hipertensi umumnya memiliki keluhan pusing, mudah marah, sukar tidur, sesak nafas, mudah lelah dan keluhan lainnya. Adanya kelemahan atau keterbatasan kemampuan dan keluhan lain akibat hipertensi tersebut, penderita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri. Adapun hubungan antara kebutuhan fisiologis, rasa aman dan dicintai dengan hipertensi yaitu :
1. Kebutuhan fisiologis pada pasien hipertensi .
Kebutuhan fisiologis terdiri dari oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat berlindung (rumah), istirahat dan seks (Potter & Perry, 1991). Penyakit hipertensi menyebabkan kebutuhan fisiologis dari penderita akan terganggu. Penderita biasanya akan mengalami dyspnea (sesak nafas), gangguan oksigenasi, perubahan nutrisi, sukar tidur, istirahat tidak nyaman, pusing, mudah lelah yang selanjutnya menyebabkan kebutuhan akan seksualitas terganggu.
 2. Kebutuhan rasa aman pada pasien hipertensi
Penyakit hipertensi kronik dan keluhan yang dialami juga dapat memberikan efek pada psikologis penderita yaitu perasaan tidak aman dan nyaman serta perasaan tidak dicintai. Rasa tidak aman misalnya rasa takut mati atau takut tidak bisa sembuh. Pusing, nyeri kepala, pusing, mata berkunang-kunang, sesak nafas dan mudah lelah menyebabkan rasa takut jatuh dan mengalami kecelakaan bila beraktifitas. Hal tersebut juga menyebabkan penderita hipertensi tidak dapat menjalankan rutinitas pekerjaan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya secara optimal. Adanya efek samping obat dan aturan program pengobatan juga menyebabkan penderita hipertensi mengalami kecemasan, rasa takut dan tidak nyaman.
 3. Kebutuhan dicintai pada pasien hipertensi
Program pengobatan yang lama dan pengubahan gaya hidup memungkinkan rasa jenuh dalam melaksanakannya sehingga penderita merasa tidak dicintai dan bisa marah tanpa alasan yang jelas. Selain itu juga karena kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman tidak terpenuhi maka penderita tidak akan memiliki waktu dan tenaga untuk mencari cinta dan mencurahkan cinta dengan orang lain (Potter & Perry, 1991). Kesempatan berkurang untuk memenuhi kebutuhan akan afiliasi (masuk menjadi salah satu anggota kelompok), berinteraksi dengan sahabat, menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain, interaksi dengan rekan kerja, kebebasan melakukan aktivitas sosial serta memberi dan menerima kasih sayang atau dihargai oleh orang lain dalam kehidupan sosial masyarakat

Perubahan Selama Kehamilan

Materi Dasar Keperawatan :Kehamilan dapat terjadi ketika sel sperma pria bertemu dengan sel telur wanita. Suatu kehamilan normal biasanya berlangsung 280 hari. Selama itu terjadi perubahan-perubahan baik pada ibu maupun pada janin (Pusdiknakes, 2001).
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut : Plasma 30%, sel darah 18% dan Hemoglobin 19% (Prawirohardjo, 1999).

Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis pengenceran darah ini untuk meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan. Apabila Viskositas darah rendah, resistensi perifer berkurang pula sehingga tekanan darah tidak naik, pada perdarahan waktu persalinan banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental (Prawirohardjo, 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan merupakan hasil interaksi antara potensi genetik dan lingkungan intrauterin. Termasuk faktor genetik antara lain adalah faktor bawaan yang normal dan patologik, suku bangsa. Selain itu ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang baik dengan sistem reproduksi yang normal tidak sering menderita sakit dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun pada saat hamil akan menghasilkan bayi yang lebih besar dan lebih sehat daripada ibu yang kondisinya tidak seperti itu ( Soetjiningsih, 1998).

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More