Tuesday, May 21, 2013

PROGRAM SERTIFIKASI PERAWAT KEAHLIAN KHUSUS ( Materi Dasar Keperawatan )

    Program sertifikasi perawat keahlian khusus.

    Bermacam-macam program sertifikasi saat ini mulai berkembang dalam tatanan layanan keperawatan, khususnya pada bidang keperawatan medikal bedah misalnya sertifikasi perawat luka oleh INETNA, sertifikasi perawat anastesi, perawat emergency, perawat hemodialisa, perawat ICU, perawat ICCU, perawat instrument OK. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah standarisasi setiap sertifikasi sudah sesuai dengan kompetensi perawat profesional karena menurut analisa kami program tersebut berjalan sendiri-sendiri tanpa arahan yang jelas dari organisasi profesi dan terkesan hanya proyek dari lembaga-lembaga tertentu saja.

    Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan

    Sejak diakuinya perawat sebagai profesi yang profesional, saat ini mulai bermunculan organisasi profesi perawat kekhususan dalam keperawatan medikal bedah, misalnya HIPKABI (Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia), InETNA (Indonesia Enterostomal Therapy Nursing Association), IOA (Indonesia Ostomy Association), dan sebagainya. Hal ini akan menjadi sarana bagi perawat untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih profesional dalam bidang garapan tertentu, namun demikian akan timbul permasalahan karena jenis keperawatan akan menjadi lebih bervariasi dan berdampak lebih luas pada organisasi keperawatan lebih luas karena akan terkesan terpetak-petak. Selain itu standar dari masing-masing kekhususnan belum jelas.

    KOMENTAR KELOMPOK (Materi Dasar Keperawatan)

    Berdirinya beberapa organisasi keperawatan keahlian khusus merupakan kemajuan ilmu keperawatan dan pertanda diterimanya profesi keperawatan oleh masyarakat yang dimana organisasi tersebut akan melindungi para perawat keahlian khusus dan melalui organisasi itu pula mereka akan dapat mengembangkan pengetahuan dibidang kelimuannya masing-masing.

    Namun tidak mudah untuk mencapai semua itu, karena pendidikan keperawatan keahlian khusus yang kurang memadai khusunya di indonesia keberadaan profesi keperawatan yang masih belum memiliki undang-undang keperawatan dan tenaga perawat yang terkesan sebagai ”asisten” dokter. Menjadikan profesi keperawatan di indonesia jalan ditempat.

    Selain itu sistem sertifikasi perawat keahlian khusus belum tertata dengan baik, standarisasi sertifikasi setiap keahlian masih dipertanyakan. Hal ini akan menjadi suatu permasalahan yang serius karena jika para perawat kehlian khusus tidak memiliki kompetensi yang baik dibidangnya akan mencoret citra organisasi keperawatan. Peran organisasi keperawatan dalam hal ini PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) dipertanyakan dan dituntut untuk segera memperbaiki system sertifikasi perawat keahlian khusus dan sisterm yang lainnya.

 Home Care / Perawatan Kesehatan di Rumah ( Materi Dasar Keperawatan )
    1. Pengertian
    Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari perawatan jangka panjang (Long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional maupun non profesional yang telah mendapatkan pelatihan. Perawatan kesehatan di rumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan serta memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individual dan keluarga, direncanakan, dikoordinasi dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi home care melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian atau kombinasi dari keduanya (Warhola C, 1980).
    Sherwen (1991) mendefinisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi. Sedangkan Stuart (1998) menjabarkan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian dari proses keperawatan di rumah sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana pemulangan (discharge planning), bagi klien yang sudah waktunya pulang dari rumah sakit. Perawatan di rumah ini biasanya dilakukan oleh perawat dari rumah sakit semula, dilaksanakan oleh perawat komunitas dimana klien berada, atau dilaksanakan oleh tim khusus yang menangani perawatan di rumah.

    Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992 pelayanan keseatan di rumah adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan ketrampilan teknis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari perawat komunitas, perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat maternitas dan perawat medikal bedah. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan perawatan kesehatan di rumah adalah :
     Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan memandirikan klien dan keluarganya,
     Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien dengan melibatkan klien dan keluarganya sebagai subyek yang ikut berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan,
     Pelayanan dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi baik aspek administrasi maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga profesional dibantu tenaga non profesional, di bidang kesehatan maupun non kesehatan (Depkes, 2002).

    Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder dan tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerjasama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya. Perawatan kesehatan di rumah adalah spektrum kesehatan yang luas dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah untuk memulihkan ketidakmampuan dan membantu klien yang menderita penyakit kronis (NAHC, 1994).

    Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.

    Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga yang direncanakan dan dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. Sedangkan menurut Neis dan Mc Ewen (2001) menyatakan home health care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya.

    Lanjutan :Home Care / Perawatan Kesehatan di Rumah
    3. Manfaat pelayanan home care
    Berbagai keuntungan dari pelayanan home care bagi klien menurut Setyawati (2004) antara lain:
    1) Pelayanan akan lebih sempurna, holistik dan komprehensif
    2) Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dengan di bawah naungan legal dan etik keperawatan
    3) Kebutuhan klien akan dapat terpenuhi sehingga klien akan lebih nyaman dan puas dengan asuhan keperawatan yang profesional
    4. Ruang lingkup pelayanan home care ( Materi Dasar Keperawatan )
    Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home care adalah: pelayanan medik; pelayanan dan asuhan keperawatan; pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik; pelayanan rehabilitasi medik dan keterapian fisik; pelayanan informasi dan rujukan; pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kesehatan; higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan; pelayanan perbantuan untuk kegiatan sosial.
    5. Bentuk pelayanan home care ( Materi Dasar Keperawatan )
    Berbagai bentuk pelayanan home care yang dapat dilakukan di rumah. Tindakan tersebut antara lain: pengukuran tanda-tanda vital; pemasangan atau penggantian selang lambung (NGT); pemasangan atau penggantian kateter; pemasangan atau penggantian tube pernafasan; perawatan luka dekubitus atau ulcer dan jenis luka lainnya; penghisapan lendir dengan atau tanpa mesin; pemasangan peralatan oksigen; penyuntikan (IM, IV, Sub kutan); pemasangan atau penggantian infus; pengambilan preparat laboratorium (urin, darah, tinja, dll); pemberian huknah; perawatan kebersihan diri (mandi, keramas, dll); latihan atau exercise, fisioterapi, terapi wicara, dan pelayanan terapi lainnya; transportasi klien; pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perawatan kesehatan; konseling pada kasus-kasus khusus; konsultasi melalui telepon; memfasilitasi untuk konsultasi ke dokter; menyiapkan menu makanan; menyiapkan dan membersihkan tempat tidur; memfasilitasi terhadap kegiatan sosial atau mendampingi; memfasilitasi perbaikan sarana atau kondisi kamar atau rumah.

    Lanjutan :Home Care / Perawatan Kesehatan di Rumah ( Materi Dasar Keperawatan )
    6.Pemberi pelayanan home care
    Pelayanan kesehatan ini diberikan oleh para professional yang tergabung dalam tim home care. tim home care tersebut antara lain:
    1) Kelompok profesional kesehatan, termasuk di dalamya adalah ners atau perawat profesional, dokter, fisioterapis, ahli terapi kerja, ahli terapi wicara, ahli gizi, ahli radiologi, laboratorium, dan psikolog.
    2) Kelompok profesional non kesehatan, yaitu pegawai sosial dan rohaniawan atau ahli agama.
    3) Kelompok non profesional, yaitu nurse assistant yang bertugas sebagai pembantu yang menunggu untuk melayani kebutuhan atau aktivitas sehari-hari dari klien. Kelompok ini bekerja di bawah pengawasan dan petunjuk dari perawat.
    Sedangkan menurut Allender (1997) pemberi pelayanan dalam home health care meliputi: 1) pelayanan keperawatan dapat diberikan oleh registered nurse, perawat vokasional, pembantu dalam home health yang disupervisi oleh perawat; 2) suplemental therapiest meliputi terapi fisik, terapi wicara, terapi okupasional, dan terapi rekreasi; 3) pelayanan pekerja sosial

 Lanjutan :Home Care / Perawatan Kesehatan di Rumah (Materi Dasar Keperawatan )
    7. Perkembangan Perawatan Kesehatan di Rumah
    Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal masyarakat dalam sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpaksa dirawat di rumah dan tidak dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yang mendorong perkembangan perawatan kesehatan di rumah adalah :

     Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium akhir yang secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan,

     Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama. Dengan demikian berdampak pada makin meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah. Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan waktu relatif lama,

     Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, merasakan bahwa perawatan klien yang sangat lama (lebih 1 minggu) tidak menguntungkan bahkan menjadi beban bagi manajemen,

     Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat menikmati kehidupan secara optimal karena terikat dengan aturan-aturan yang ditetapkan,

     Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat mempercepat kesembuhan (Depkes, 2002).

    Perawatan kesehatan di rumah bertujuan :

    1. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya,

    2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan,

    3. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga,

    4. Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif,

    5. Biaya kesehatan akan lebih terkendali.

    Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah dapat di kelompokkan sebagai berikut :

    1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan

    2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik

    3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik

    4. Pelayanan informasi dan rujukan

    5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan

    6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan

    7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial

    Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di komunitas.

  Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
    • Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
    • Klien dengan penyakit gagal jantung,
    • Klien dengan gangguan oksigenasi,
    • Klien dengan perlukaan kronis,
    • Klien dengan diabetes,
    • Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
    • Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
    • Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
    • Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
    • Klien dengan HIV/AIDS.

    Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :

    • Klien dengan post partum,

    • Klien dengan gangguan kesehatan mental,

    • Klien dengan kondisi usia lanjut,

    • Klien dengan kondisi terminal.



    Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.

    Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal tepi luka sebelum diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran-kotoran yang menempel pada luka dapat terbawa oleh aliran air. Kemudian dibilas dengan larutan povidoneiodine yang telah diencerkan dan dilanjutkan irigasi dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi pemakaian prosedur ini masih menimbulkan beberapa kontroversi karena kualitas tap water yang berbeda di beberapa tempat dan keefektifan dalam pengenceran betadine. Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan versi atau modelnya sendiri-sendiri,

    Komentar dari kelompok kami adalah adanya issue tentang pemakain tap water pada perawatn luka di rumah sakit hendaknya lebih di koreksi lagi baik dari segi kesterilan dan higienisan kualitas tap water pada setiap rumah sakit. Metode sebenarnya mempermudah kerja perawat dalam melaksanakan asuhan pada pasien rawat luka, namun dari beberapa segi kualitas yang berbeda pada tiap rumah sakit menjadikan asuhan keperawatn yang dilaksanakan menjadi membingungkan. Untuk itu perlu adanya pengawasan dari tenaga kesehatan yang intensif dalam pelaksanaan asuhan agar tidak ada pihak yang dirugikan dalam pelaksanaan asuhan .



    MAKALAH KMB I

    “DOKUMENTASI KEPERAWATAN YANG BAKU SEHINGGA SETIAP INSTITUSI RUMAH SAKIT MENGGUNAKAN VERSI ATAU MODELNYA SENDIRI - SENDIRI”

    Dokumentasi Keperawatan merupakan suatu kumpulan dokumen yang mencatat semua pelayanan keperawatan klien yang mempunyai banyak manfaat dan penggunaan. Kegiatan pendokumentasiaan ini meliputi keterampilan berkomunikasi, keterampilan mendokumentasikan proses keperawatan, dan keterampilan standar. Perawat perlu memberikan prioritas terhadap ketempilan tersebut.

    Praktik keperawatan medikal bedah tumbuh terutama sebagai keperawatan bagi orang yang telah mencapai kedewasaan jasmani atau telah berkembang, bagi yang beresiko atau mengalami variasi norma yang ditentukan mengenai fungsi fisik dan yang membutuhkan intervensi pengobatan medikal atau bedah.
    Dokumentasi asuhan keperawatan medikal bedah terdiri dari:

    1. Pengkajian
    2. Diagnosa
    3. Perencanaan
    4. Implementasi
    5. Evaluasi

    a. Trend Keperawatan Medikal Bedal Bedah dan Dampaknya di Indonesia.
    Beberapa trend yang terjadi dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, diantaranya adalah: telenursing, Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka, Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja dengan Peer Group, Program sertifikasi perawat keahlian khusus, Hospice Home Care, One Day Care, Klinik HIV, Klinik Rawat Luka, Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan, Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup Keperawatan Medikal Bedah. Disadari bahwa semua trend tersebut belum seutuhnya diterapkan dalam pelayanan keperawatan di seluruh Indonesia.
    b. Isu dalam Keperawatan Medikal Bedah dan Dampaknya di Indonesia

    Beberapa isue yang berkembang dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, antara lain: Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka, Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan versi atau modelnya sendiri-sendiri, Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter, Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan, Pengaturan sistem tenaga kesehatan, Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah dibandingkan S1, dan Peran dan tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.

Belum adanya dokumentasi keperawatan yang baku menyebabkan setiap rumah sakit menggunakan model dokumentasi keperawatan sendiri-sendiri,itu hanya isu dalam Keperawatan Medikal Bedah. dokumentasi keperawatan sangat penting untuk bukti ,perawat telah melakukan tindakan sesuai dengan prosedur, jadi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan,dokumentasi keperawatan dapat digunakan.untuk itu dokumentasi keperawatan seharusnya ada :
    1.Pengkajian
    2. Diagnosa
    3. Perencanaan
    4. Implementasi
    5. Evaluasi

  2. fakta-fakta yang terjadi di lapangan
    a. Jumlah perawat yang menganggur di Indonesia ternyata cukup mencengangkan. Hingga tahun 2005 mencapai 100 ribu orang. Ini disebabkan rendahnya pertumbuhan rumah sakit dan lemah berbahasa asing. Padahal setiap tahun, dari 770 sekolah perawat yang ada di Indonesia, lulusannya mencapai 25 ribu perawat. Ironisnya, data WHO 2005 menunjukkan bahwa dunia justru kekurangan 2 juta perawat, baik di AS, Eropa, Australia dan Timur Tengah. (Arifin Badri).
    b. Fakta lain di lapangan, saat ini banyak tenaga perawat yang bekerja di rumah sakit dan puskesmas dengan status magang (tidak menerima honor seperserpun) bahkan ada rumah sakit yang meminta bayaran kepada perawat bila ingin magang. Alasan klasik dari pihak rumah sakit “mereka sendiri yang datang minta magang”. Dilematis memang, tinggal di rumah menganggur sayang, magang di rumah sakit/puskesmas tidak dapat apa-apa.
    3. Komentar kelompok kami
    Seharusnya untuk keunggulan S1 lebih ditingkatkan , baik secara kualitatif sebagai tenaga ahli menengah memiliki kemampuan teknis, ketrampilan dan profesionalitas yang kuat, maupun secara kuantitatif menempati posisi strategis dan proporsi yang cukup besar dalam struktur ketenaga kerjaan di Indonesia, sehingga lulusan program ini lebih mudah diserap di pasar kerja.Karena S1 tingkatannya lebih tinggi dibandingkan D3, apalagi dengan isu – isu

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More